Banyak hal di dunia ini yang kian hari kian menyebalkan. Beberapa diantaranya bahkan menakutkan. Karena itu, setiap orang butuh sejenak melepas penat dari hiruk pikuk dunia. Surabaya, menjadi kota tujuan yang ku pilih hari itu. Sekejap namun sempat. Mungkin itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perjalanan singkat diwaktu yang sesempat mungkin. Deretan mobil truk dan container besar, ku lewati satu per satu, secepat kilat aku gas sepeda motor bebek putih itu dengan penuh keyakinan. Sesekali aku rem, saat ada kendaraan yang melaju lebih lambat di depan. Di Bawah langit yang masih gelap, aku berjalan mengejar Waktu, agar tidak tertinggal kereta. Sambil membonceng adiku, yang juga rekan kerjaku.
"Jauh ya, kak?" ujarnya
"Iya, lumayan. Sabar, ya" kataku mengiyakan
Beberapa jalan masih terlihat gelap, jadi ku putuskan untuk meraba jalanan agar tetap aman. Tapi, namanya manusia, pasti banyak kelirunya. Ternyata meski telah hati-hati, aku menemukan jalan berlubang dan bergelombang, sehingga membuat ban sepeda motor itu naik turun, begitupun dengan manusia satu yang ku bonceng di belakang. Namanya Indah.
"Hati-hati, Kak" katanya sambil mengerutkan dahi
"Iya, maaf ya" sahutku, karena merasa bersalah
Tidak terasa, Waktu terus berjalan maju, sebentar lagi akan sampai di stasiun yang telah ku datangi untuk ke dua kalinya itu. Stasiun Babat. Akhirnya, tiba juga waktuku untuk memparkir sepeda motor di sebuah tempat penitipan yang jaraknya tidak jauh dari stasiun, tepat di sana, seorang lelaki paruhbaya menyambut kami, menawarkan jasa penitipannya.
"Titip sepeda, langsung parkir saja, Mbak" katanya menunjuk arah, di mana kami diberi tempat parkir
"Iya, Pak" jawabku
"Pulang nanti malam atau nginep ini" katanya sambil mengalungkan nomor parkir di spion
"Pulang, Pak nanti malam" sahutku
"Oke. Jangan dikunci setir, ya" lanjutnya
"Siap" jawabku sigap
Setelahnya, ku serahkan sepeda motor bebek berwarna putih itu kepada Bapak paruhbaya, yang saat itu belum ku ketahui namanya. Berbekal keyakinan, ku putuskan untuk memberikan kepercayaan kepadanya. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan, berjalan ke arah stasiun, untuk menuju tempat duduk di ruang tunggu, sembari menunggu Waktu boarding tiket kereta api yang telah ku pesan seminggu lalu itu.
"Duduk di sini saja, ya Kak" kata Indah
"Iya di sini saja" kataku menjawabnya
Tak berselang lama, setelah beberapa cerita kami lontarkan, beberapa kata kami adu, tidak lupa dengan tawa yang keluar diantara lengkung senyum dan lesung pipi kami. Ya, kami sama-sama memiliki lesung pipi, meski letak dan bentuknya sedikit berbeda, tapi tetap membanggakan, bukan?. Dari lokasi yang lumayan dekat, seorang petugas memberi aba-aba boarding tiket, aku langsung berdiri dan bergegas mendatangi seorang perempuan yang membawa alat scan untuk barcode tiket penumpang.
"Silakan" katanya setelah berhasil scan tiketku
"Terimakasih, Mbak" jawabku
Duduk di sebuah bangku abu-abu hitam, kami menunggu kedatangan kereta api blorasura, yang dijadwalkan berangkat pada pukul 06.00 WIB. Setelah hampir setengah jam menunggu, akhirnya kereta berwarna putih menampakan guratan sinar lampunya dari arah Bojonegoro, kereta itu siap membawa puluhan penumpang yang telah lama menunggu di Stasiun Babat.
"Gerbong berapa?" tanya petugas
"Gerbong lima, Pak" jawabku
"Oke, tunggu di sebelah kanan, ya untuk gerbong 1-4 di sebelah kiri" imbuhnya
Aku menunggu kereta api berhenti, dan tepat di depanku tertulis angka lima, pada dinding kereta yang sudah sering ku jumpai sebelumnya.
"Ayo, masuk lewat sini saja" kataku kepada Indah, sambil menunjuk pintu sebelah kanan kereta
Kami masuk beriringan, mencari tempat duduk dengan nomor 19 A dan 19 B. Di tempat duduk itu terlihat sudah ada tiga perempuan, dua diantaranya duduk berhadapan dengan tempat duduk kami, sedangkan satu lagi memilih pergi, ketika kami datang. Maklum, itu hal biasa. Memang beberapa orang sengaja duduk di tempat yang masih kosong, salah satunya tempatku dan Indah tadi, dan Ketika yang mempunyai kursi datang, mereka akan pergi.
Kereta melaju sedang, dengan kecepatan normal, ku lihat kanan kiri, dedaunan hijau dan burung-burung berterbangan. Satu diantara burung itu melirik pada jendelaku, seakan ingin memperkenalkan diri, entah sekadar mendengarkan deru mesin kereta api yang melaju atau berbincang lembut, seraya mengatakan "senang jumpa denganmu".
Tidak terasa, akhirnya perjalanan kami sampai di tujuan akhir, Stasiun Surabaya Pasar Turi. Penumpang demi penumpang turun melewati peron kereta api. Begitu juga aku dan Indah.
Sesampainya di stasiun, kami berjalan menuju kamar mandi, mengantar Indah yang sedari tadi ingin menambal bedak dan lipstiknya. Aku hanya menunggu Indah, sembari mondar mandir di lorong kamar mandi stasiun.
"Lama banget" protesku
"Sabar, Kak" jawabnya santai
Sesekali aku berkaca sendiri, sembari menyaksikan Indah memainkan warna pink pada pipinya. Tidak lupa, kami sarapan sepotong ayam goreng yang diberi tepung dengan merek ternama. Makan santai, sambil sesekali melirik di luar kaca, menyaksikan manusia hilir mudik di area stasiun.
Sesudahnya, kami segera memesan ojek mobil secara online untuk mengantarkan kami ke destinasi wisata yang kami pilih, yaitu Alun-alun Surabaya. Sebuah mobil hitam membawa kami, dari Jalan Bubutan menuju Jalan Gubernur Suryo dengan laju. Namun, tiba-tiba di tengah perjalanan, suara peringatan dari google map mengejutkan kami, di saat kami telah siap menikmati museum Bawah tanah, dedaunan hijau di halaman alun-alun serta panorama bangunan penuh kaca itu, ternyata lokasi sekitar Alun-alun Surabaya tidak bisa dilewati karena ditutup, katanya sedang ada event olahraga. Akhirnya, kami berganti destinasi.
"Kalau ganti tujuan, bagaimana, Pak?" kataku kepada Driver
"Ya gapapa, Mbak nanti tinggal lihat saja untuk tarif ke tujuan pengganti berapa, tapi tidak perlu diklik" sahutnya
Langsung saja, saat itu Indah memberikan handphonenya kepada sang driver. Di situlah tertera harga 78 ribu, dua kali lebih mahal dari rencana kita di awal, tapi ya sudahlah daripada tidak bisa lewat dan terhadang event di Alun-alun, akhirnya kami minta diantarkan ke Kebun Binatang Surabaya (KBS). Di KBS, aku dan Indah turun tepat di pintu masuk, yang saat itu telah ramai orang, sesekali mereka berselfi ria, ada juga yang menawarkan jasa foto di sana.
"Ayuk, mau pesan tiket yang mana?" kata Indah
"Paket B boleh, deh" jawabku
Akhirnya, kami memesan paket B, dan mendapat benefit berupa kids zoo dan aquarium di sana. Dua kelengkapan yang kami dapat pada paket itu cukup meleleahkan, sebab banyak sekali tempat yang bisa kami jelajah pada saat itu, tapi aku dan Indah merasa bahagia. Sesekali kami berfoto, saling memotret satu sama lain, sammpai pada akhir wahana, yaitu aquarium, kami melihat banyak fauna indah, ikan-ikan yang didisplay dalam sebuah aquarium berwarna-warni, menambah kesan estetika dalam sebuah ruangan rumpang itu.
Setelah puas menghabiskan waktu di KBS, kami memutuskan untuk berpindah lokasi, yakni di Kota Lama Surabaya. Sebuah tempat di Surabaya yang menawarkan kenangan masa lalu, lengkap dengan bangunan-bangunan kuno, yang cukup menjanjikan kesan jadul kala digunakan untuk berpose bersama keluarga, teman ataupun pasangan.
"Mau difotoin apa enggak?" tanyaku pada Indah
Ya, meski hasil jepretanku tidakbagus-bagus amat, tapi setidaknya juga tidak jelek-jelek amat. Akhirnya kami saling bergantian untuk berfoto. Di situlah, seluruh kenangan kami rangkum, pada sebuah lukisan garis waktu yang akan merangkak maju. Aku tidak tahu, sampai berapa lama hubunganku dengan orang-orang sekitarku akan bertahan,entah aku meninggalkannya atau mereka yang meninggalkanku. Termasuk Indah. Namun, yang aku tahu adalah bagaimana saling merawatnya, pada siapapun itu.
Setelah puas berfoto di Kota Lama, kami melanjutkan trip ke tujuan utama kita tadi, yaitu Alun-alun Surabaya. Berwisata, salat, sembari menumpang istirahat barang sejanak, kami sangat menikmati hidup jauh dari rumah, tentang survive diri dan pertahanan yang kokoh berdiri. Di sana, kami melihat lukisan-lukisan mewah, berjejer rapi, di Museum Bawah Tanah. Seperti biasa, jika tidak berfoto rasanya tidak afdol.
Perjalan seru nan membahagiakan itu, kami tutup dengan seporsi bakmi jogja, yang di jual di Kedai Jawa Surabaya. Kami menikmati bakmi sekaligus camilan-camilan khas Jawa, juga lantunan lagu yang kian menenteramkan.
Perjalanan hari itu terjadi pada 19 Oktober 2025, suatu hari yang kami pilih jauh-jauh hari, karena menyesuaikan waktu masing-masing. Dalam perjalanan pulang, sembari memandangi jendela kereta, mengobrol asyik tentang hidup yang terkadang tidak baik-baik saja, namun memaksa untuk terus baik-baik saja, membuat kami larut dalam obrolan, hingga kereta Arjonegoro sampai di Stasiun akhir, stasiun tujuan kami.
Dari perjalanan ini, kami menyadari, bahwa kenangan bisa diciptakan kapan saja, namun setiap momen pasti menghadirkan bahagia. Ya, kita tidak bisa menyangkal bahwa waktu dan bumi akan terus berputar, namun kita bisa berharap bahwa kenangan-kenangan yang telah kita lukis pada garis waktu akan terus dikenang, tak mampu diulang namun mampu terekam dalam pikiran.
Penulis: Sugiati

Tidak ada komentar:
Posting Komentar