BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mempelajari sosiologi kita tentu perlu memahami tokoh sosiologi salah satunya Emile Durkheim agar lebih mengetahui segala pemikiranya dan karya-karyanya yang telah dituangkan baik itu ide atau gagasannya yang luar biasa hal itu akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
•Siapa Emile Durkheim?
•Apa saja karya Emile Durkheim?
•Apa saja pemikiran Emile Durkheim?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu selain untuk menyelesaikan tugas pengantar sosiologi juga untuk memberikan informasi agar dapat mengenal Emile Durkheim lebih jauh lagi, agar dapat mengembangkan pengetahuan supaya tahu lebih banyak, dapat mengetahui karya dari Emile Durkheim itu sendiri, selain itu diharapkan dapat lebih memahami pemikiran yang dicetuskan Emile Durkheim.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Tokoh
Durkheim dilahirkan di Epinal, Prancis, yang terletak di Loariene. Ia berasal dari keluarga Yahudi Prancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim sendiri sama sekali sekuler. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan Ilahi. Namun, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan sering kali masih berhubungan darah dengannya.
Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke Ecole Normale Superiure pada 1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling cemerlang pada abad ke-19 dan banyak teman sekelasnya, seperti Jean Jaures dan Henri Bergson kemudian menjadi tokoh besar dalam kehidupan intelektual Prancis. Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel De Coulanges, seorang pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial. Pada saat yang sama, ia membaca karya-karya Auguste Comte dan Hebert Spencer. Jadi, Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah terhadap masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik pertama dari banyak konflik lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang tidak mempunyai kurikulum ilmu sosial pada saat itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian agrégation syarat untuk posisi mengajar dalam pengajaran umum dalam ilmu filsafat pada 1882.
Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik. Kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan yang sekuler. Banyak orang menganggap pendekatan katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di daratan Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis.
Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan karena itu setelah belajar sosiologi selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887, yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Di sana ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di Prancis). Dari posisi ini Durkheim memperbarui sistem sekolah prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak dikritik.
Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan “pembagian kerja dalam masyarakat”, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan perkembanganya. Pada 1895 ia menerbitkan “Aturan-aturan metode sosiologis”, sebuah manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux. Pada 1896 ia menerbitkan jurnal L'Année Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-tulisan dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan yang digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan “Bunuh diri”, sebuah studi kasus yang memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monografi sosiologi.
Pada 1902 Durkheim akhirnya mencapai tujuannya untuk memperoleh kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi profesor di Sorbonne. Karena universitas-universitas Prancis secara teknis adalah lembaga-lembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini memberikan Durkheim pengaruh yang cukup besar – kuliah-kuliahnya wajib diambil oleh seluruh mahasiswa. Apa pun pendapat orang, pada masa setelah peristiwa dreyfus, untuk mendapatkan pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada 1912 ketika ia secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir “Bentuk-bentuk elementer dari kehidupan keagamaan”.
Perang Dunia I mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan kiri Durkheim selalu patriotik dan bukan internasionalis ia mengusahakan bentuk kehidupan Prancis yang sekuler, rasional. Tetapi datangnya perang dan propaganda nasionalis yang tidak terhindari yang muncul sesudah itu membuatnya sulit untuk mempertahankan posisinya. Sementara Durkheim giat mendukung negaranya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk kepada semangat nasionalis yang sederhana (ditambah dengan latar belakang Yahudinya) membuat ia sasaran yang wajar dari golongan kanan Prancis yang kini berkembang. Yang lebih parah lagi, generasi mahasiswa yang telah dididik Durkheim kini dikenai wajib militer, dan banyak dari mereka yang tewas ketika Prancis bertahan mati-matian. Akhirnya, René, anak laki-laki Durkheim sendiri tewas dalam perang – sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi oleh Durkheim. Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah bekerja, sehingga akhirnya ia terkena serangan lumpuh dan meninggal pada 1917.
2.2 Karya-Karya Tokoh
Sepanjang masa hidupnya Emile Durkheim menghasilkan sejumlah karya (buku). Dimulai pada tahun 1893 ketika ia menerbitkan disertasi doktoralnya yang berjudul The Division of Labor In Society dan tesisnya dalam bahasa latin tentang Montisquieu, tahun 1895: The Rules of Sociological Method, 1897: Suicide, 1912: The Elementary Formsof Religious Life. 1898, ia menerbitkan jurnal L’annee Sociologique yang berpengaruh terhadap pengembangan sosiologi.
Salah satu karya terbesar dan terpenting yang diberikan oleh Durkheim adalah pemisahan sosiologi dari filsafat, dalam hal ini merintis Sosiologi sebagai salah satu disiplin akademis, dan memberikan batasan cakupan yang jelas dengan ilmu Psikologi.
2.3 Pemikiran-Pemikiran Tokoh
Peranan Emile Durkheim adalah sebagai tokoh sosiologi yang memberikan pemikirannya tentang kelompok sosial. Emile Durkheim membagi kelompok sosial menjadi dua, yaitu kelompok sosial solidaritas mekanik dan yang didasarkan pada solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri masyarakat masyarakat yang masih sederhana dan belum mengenal pembagian kerja. tTiap-tiap kelompok dapat memenuhi keperluan mereka masing-masing tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok di luarnya.
Dalam masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang di utamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Seluruh warga masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, yaitu suatu kesadaran yang memiliki tiga karakteristik yaitu mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, ada di luar warga, dan bersifat memaksa. Sanksi terhadap pelanggaran kesadaran bersama akan di kenai hukuman yang bersifat represif (hukuman pidana). Kesadaran bersama itu menjaga persatuan, sedangkan hukuman bertujuan agar kondisi tidak seimbang akibat perilaku menyimpang dapat di pulihkan kembali.
Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang telah mengenal pembagian kerja. bentuk solidaritas ini bersifat mengikat sehingga unsur-unsur di dalam masyarakat tersebut saling bergantung. Karena adanya kesalingtergantungan ini, ketiadaan salah satu unsur akan mengakibatkan ganguan pada kelangsungan hidup masyarakat.
Pada masyarakat dengan solidaritas orgnik, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadara kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin di antara berbagai profesi. Hukum yang menonjol bukan hukum pidana, melainkan ikatan hukum perdata. Sanksi terhadap pelanggaran kesepakan bersama bersifat restitutif. Artinya, si pelanggar harus membayar ganti rugi kepada yang di rugikan untuk mengembalikan keseimbangan yang telah ia langgar.
Dalam buku Rules Of Sociological Method (1965) Durkheim menawarkan definisinya mengenai sosiologi. Menurut Durkheim, bidang yang harus dipelajari sosiologi ialah fakta sosial, yaitu “fakta yang berisikan cara bertindak, berfikir, dan merasakan yang mengendalikan individu tersebut”. Untuk memperjelas definisi ini, Durkheim mengemukakan bahwa fakta sosial adalah “setiap cara bertindak, yang telah baku ataupun tidak, yang dapat melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu”. Cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang bagaimanakah yang menurut Durkheim dapat mengendalikan individu, dapat memaksa individu? Contoh yang diberikan Durkheim mengenai fakta sosial ialah, antara lain, hukum, moral, kepercayaan adat-istiadat, tata cara berpakaian, kaidah ekonomi. Fakta sosial tersebut mengendalikan dan dapat memaksa individu, karena bilamana individu melanggarnya ia akan terkena sanksi. Fakta sosial seperti inilah yang menurut Durkheim menjadi pokok perhatian sosiologi.
Bab 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jika Comte dan ahli sosiologi lain yang mengikutinya membagi sosiologi menjadi statistika sosial dan dinamika sosial, maka majalah L’annee Sociologique Durkheim dan rekan-rekannya memperkenalkan pembagian lain. Berdasarkan pokok bahasannya, sosiologi mereka klasifikasikan menjadi bagian yang terdiri atas sosiologi umum, sosiologi agama, sosiologi hukum dan moral, sosiologi kesejahteraan dan statistik moral, sosiologi ekonomi, morfologi sosial, dan sejumlah pokok bahasan yang mencakup sosiologi estetika, teknologi, bahasa, dan perang.
B. Saran
Sebaiknya kita dapat memahami tentang Emile Durkheim dan pemikirannya agar dapat menambah wawasan kita tentang bagaimana sosiologi sebenarnya sebelum dikenal sebagai ilmu yang saat ini dipelajari manusia dan dikatakan sebagai ilmu yang membicarakan tentang masyarakat serta kehidupanya. Penulis memohon maaf jika ada kekurangan penulisan. Silahkan sampaikan kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
https://id.m.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim
https://brainly.co.id/tugas/6940576
Makalah ini disusun oleh : Sugiati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar