Sabtu, 14 Januari 2023

Misteri Case Putih Biru

Mimpi selalu berani mendobrak masa depan. Tatkala hati Dinanti dipenuhi mimpi-mimpi dalam sebuah perjalanan yang begitu panjang. Dinanti adalah remaja perempuan yang duduk dibangku perkuliahan. Malam pekat, menjelma menjadi begitu dekat. Ia berjalan melenggang, menyaksikan beberapa pertunjukan alam dengan desir angin sore yang melambai-lambai diselimuti langit jingga. Hari ini Dinanti ada pertemuan dengan kawan organisasinya.

Sore menjemput magrib, suara adzan berkumandang begitu merdu dan lihai. Dinanti terlihat memasang sajadah, mengenakan mukena bercorak bunga-bunga, bersimpuh kepada sang pencipta. Seberes sholat ia menghubungi kawannya.

“Nanti kamu jemput jam berapa?” bunyi pesannya

“Kalau mau otw aku kabari, ya” ujar kawan Dinanti

Membaca pesan tersebut Dinanti bergegas membereskan apa-apa yang ada dalam dirinya. Mulai berdandan sederhana dan merapikan jilbab hitam yang dikenakannya malam itu.

“Aku didepan” kata kawannya

Notifikasi itu muncul di telepon genggamnya, Dinanti bergegas turun, sebuah kos gagah berwarna hijau menjadi saksinya. Terlihat perempuan mengenakan jaket biru, duduk diatas sepeda yang terlihat dari lantai atas tempat dimana Dinanti hendak turun.

Tanpa menunggu lama mereka berangkat, menyusuri jalan-jalan yang diapit rumah-rumah warga dan kos-kosan yang beraneka warna temboknya. Mereka tiba ditempat yang disebut perkopian. Disebuah lahan sisa bangunan, kawan Dinanti yang biasa ia panggil Yuliana memarkir motor bebeknya, kemudian mereka berdua memasuki sebuah ruangan yang sudah penuh dengan orang-orang.

Kala itu semua sudah bersiap, sebuah rapat akan segera dimulai. Rapat dengan bertemakan sebuah keorganisasian yang mulai dihelat seberes sholat isya’. Dinanti menjabat menjadi koordinator di salah satu divisi yang berada dalam organisasinya, sedang ia duduk bersebelahan dengan ketua umum yang memimpin organisasinya.

Kala itu ia melihat sebuah case bercorak biru putih, ia spontan mengatakan bahwa keduanya memiliki persamaan, tapi berbeda. Kata Dinanti case yang ia miliki merupakan case milik calon ketua sedangkan yang bersebelahan milik si ketua. Serentak manusia-manusia yang ada diruangan tersebut tersenyum merekah, ada beberapa yang tertawa renyah.

Rapat berlangsung dengan begitu hikmat, seluruh pasang telinga mendengarkan, dan banyak mata terbelalak dengan moderator yang memimpin rapat dengan agenda keorganisasian itu. Beberapa orang terlihat mengacungkan tangan dan mengutarakan pertanyaan.

Waktu berjalan begitu cepat saat pukul menunjukan jam 22.00 WIB rapat diakhiri dengan salam dan seluruh peserta rapat meninggalkan tempatnya. Oh ya, dengar-dengar besok akan ada pertemuan ulang penentuan ketua umum baru di sebuah organisasi yang bernama aksara mandala.

Organisasi Aksara Mandala bergerak dalam bidang kepenulisan dan penalaran. Segala rencana telah tersusun rapi, konsepan acara siap dieksekusi. Pagi-pagi sekali undangan datang, menjelma menjadi penikmat acara yang memasang mata dan telinga.

Hari ini Dinanti datang dengan Renjana. Seorang kawan yang kosnya didepan kosan Dinanti. Menggunakan motor bebek bercorak putih dan biru Dinanti dan Renjana menyusuri jalan yang penuh hiruk pikuk kendaraan.

Tak lama kemudian mereka sampai diparkiran, didepan gedung megah yang terbuat dari beton-beton gagah. Dinanti dan Renjana bergegas menuju tempat duduk yang telah disediakan, mereka duduk dibangku ke dua dari depan. Oh ya hari ini mereka mengenakan baju seragam.

Acara pagi itu diawali dengan pembukaan, dan beberapa acara pendukung, hingga pada acara inti. Acara inti inilah yang membuat jantung Dinanti berdeguk lebih kencang dari biasanya. Ya, dibagian inilah tanggung jawab besar dilimpahkan kepadanya.

Dinanti terpilih menjadi ketua umum baru dari Organisasi Aksara Mandala, sebuah organisasi besar yang bergerak dalam bidang kepenulisan dan penalaran. Entah apa yang ia rasakan, campur aduk menjadi satu. Perasaan takut, hingga rasa pesimis tak mampu menjalankan amanah yang ia terima.

Hingga pada malam hari yang begitu sepi, malam Dinanti tak seasik hari-hari sebelumnya. Ia benar-benar kebingungan, ia tak percaya, beberapa kali mencubit lengannya. Lengan yang ia bungkus dengan pakaian hitam panjang itu beberapa kali menjadi bahan percobaan untuk membuktikan ini mimpi atau nyata.

Gundah gulana, itulah ungkapan yang tepat dan menyelimuti perasaan Dinanti selama tiga hari setelah hari itu. Hingga dihari ke empat ia mulai bergerak untuk merangkai apa-apa yang akan ia berikan pada Organisasi Aksara Mandala tercinta.

Sejenak ia sadar, itu adalah sebuah lelucon yang menjadi nyata. Dari sebuah lelucon case putih biru menjadi kenyataan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Lelucon itu juga berubah menjadi tanggung jawab yang amat panjang. Namun Dinanti percaya bahwa pundak dan kakinya akan selalu berjalan beriringan.

Selesai.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

                                                                sumber gambar:edit canva/2024 Inikah Bagian Peringatan-Mu? Ya Allah, hari ...