Sabtu, 03 Oktober 2020

Bercanda dengan Allah


Aroma kopi itu semakin tercium harumnya. Dengan sigap aku meminumnya tanpa bismillah dan alhamdulillah.

"Stop" kata Ali

"Apa sih ganggu orang ngopi aja"

"Bismillah dulu"

"Bismillah.. " kataku

"Bukan begitu" jawab Ali semakin bawel

"Gimana lagi?"

"Bismillahirohmanirohim"

"Bismillahirohmanirohim" kataku menirukan Ali

Namaku Haris aku dikenal sebagai pemuda sangar yang sering mengganggu orang lain dengan caraku mengambil haknya atau aku adalah seorang pencopet. Sebenarnya aku mencopet untuk ku sedekahkan ke masjid dan orang-orang membutuhkan.

Aku berjalan melenggang di tengah hiruk pikuk pasar dengan dandanan yang sangar. Sembari ku perhatikan pengunjung yang sekiranya pantas aku ambil barang berharga dan uangnya.

Setelah berhasil aku mengambilnya aku bergegas ke masjid untuk menyalurkan uang ini. Rumah suci Allah itu nampak menyejukan dan membuat hati sangat tenang, tujuanku

ke sana hanya untuk menyalurkan uang ini tidak untuk sholat atau yang lain. Saat aku mengulurkan tanganku untuk meletakkan sejumlah uang di kotak tiba-tiba ku perhatikan ada tangan halus dan lembut yang sama-sama masuk ke dalam kotak kecil berwarna coklat itu.

"Maaf mas"

"Oh iya gapapa"

Masih sangat jelas aku mendengar suara lembut itu menyapa ku dengan kata maaf. Aku tersenyum dan melihatnya diam-diam.

"SubhanAllah" dalam hatiku

"Saya permisi mas"

"Ternyata bidadari itu tak bersayap ya" gumamku

"Kenapa mas?"

Ternyata dia mendengar ucapanku

"Gak papa mbak hehe, oh iya aku Haris"

Langsung saja ku perkenalkan namaku tanpa menunggu waktu lama lagi.

"Aku Salwa"

Setelah memberi tahu namanya gadis itu kemudian berjalan keluar masjid. Aku memandangnya dari kejauhan.

"Sungguh indah ciptaan Allah"

Aku terus menggerutu setelah melihat gadis itu.

"Kenapa senyum-senyum" kata ayah

"Gapapa yah, yaudah aku keluar dulu"

Setelah menyahuti pertanyaan ayah aku langsung pergi dengan wajah malu dan salah tingkah itu. Rupanya aku jatuh cinta dengan gadis sholeha itu. Sesekali aku tersenyum.

Seorang copet jatuh cinta dengan wanita sholeha. Tak apa, bukankah jodoh itu tidak memandang status atau apapun itu? Siang itu terasa begitu panas dihiasi aroma keringat yang menyengat dari berbagai penjuru.

"Bro, lu pernah jatuh cinta nggak?"

"Kenapa lu tiba-tiba tanya begitu?"

"Gue jatuh cinta dengan gadis"

"Ya wajarlah kalau dengan waria itu ga boleh"

"Ah lu itu. Ga pernah bisa serius"

"Gimana Ris, haha"

"Gue jatuh cinta tapi dengan gadis yang jelas

berbeda latar belakang dengan gue"

"Maksud lu? "

"Dia sholeha, sedangkan gue copet bro"

"Bukankah cinta itu datang tanpa tahu ke siapa"

"Iya, apakah pantas? "

"Gapapa, jalani aja dulu"

"Gitu ya"

"Oyi bro"

Sedikit lega dan sedikit PD setelah mendengar saran Ali saat itu. Semangatku untuk mengejar cinta sang humaira kembali membara. Matahari menghalangi pandanganku, tapi aku tidak pernah salah memandang Salwa dia Salwaku.

"Assalamualaikum Salwa"

"Waalaikumsalam mas, kok disini ngapain"

"Jumpa kawan lama haha"

"Oh iya"

"Mau kemana"

"Mau pulang"

"Boleh diantar?"

"Jangan belum muhrim"

"Belum? Berarti ada kemungkinan boleh?"

"Jika Allah menghendaki"

Salwa pergi dan semakin jauh dari pandanganku tetapi aku mengejarnya untuk mengutarakan isi hatiku.

"Salwa"

"Loh, ada apa mas"

"Aku mau ngomong"

"Lhah, ngomong apa?"

"Aku cinta sama kamu"

"Silahkan mas, tapi tetap Allah yang

menentukan"

"Jadi boleh?"

"Boleh tapi kalau tidak jodoh jangan nangis Hehe"

Arrghh… tidak bisa digambarkan dengan apapun suasana hatiku saat itu. Seperti orang tertimpa uang dari langit satu karung bahkan lebih dari itu.

Aku mencintai Salwa. Aku rela mencintainya dari kejauhan bukan dengan berpacaran karena aku mencintai gadis sholeha jadi aku harus menerima apapun resikonya.

Hubungan kami semakin dekat, Salwa mulai menaruh hati padaku dan peduli denganku. Tapi saat aku melakukan aksi mencopetku tiba-tiba  Salwa melihatku.

"Kamu ngapain?"

"Ini tidak seperti yang kamu lihat"

"Maaf mas, aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini"

Hubunganku dengan Salwa berakhir sampai disini karena Salwa tahu aku adalah copet. Lagi-lagi karena latar belakangku ini setiap orang yang aku cintai pergi meninggalkanku. 3 hari setelah aku tidak dengan Salwa ayahku kembali ke sisi Allah.

Sungguh cobaan ini mungkin adalah akibat dari dosa-dosaku. Setiap dosa berdampak dalam kehidupan kita. Kata-kata itu aku kutip dari ustad Hanan Attaki. Trnyata benar.

Malam itu, aku tidak bisa tidur karena memikirkan cobaan yang datang bertubi-tubi ini. Dripada tidak bisa tidur mending sholat saja, kataku.

Do'aku saat itu aku memohon agar diampuni dosaku tapi aku ragu apakah Allah mengampuni dosa yang teramat besar ini? Sungguh entah ini permohonan atau kalimat bercandaku dengan Allah.

Itulah kisahku. Hari ini aku sedang duduk bersama Ali membaca cerita itu kami tersenyum. Betapa Allah adalah dzat yang maha asik, ia bisa diajak bercanda tapi ia pasti mengampuni segala dosa, seberapapun besarnya.

Betapa baiknya Allah setelah hal itu aku percaya bahwa setiap Allah menggenggam hatiku aku tidak akan mungkin kecewa. Saat kita berharap hanya kepada Allah kita tidak mungkin kecewa. 

Maka berharap lah hanya kepada Allah jika kita taat dengan Allah maka Allah akan senantiasa mengabulkan doa'a-doa kita.

Allah tidak butuh apa-apa hanya butuh kita taat saja apapun latar belakangnya. In sha Allah. 


1 komentar:

  1. Semngt💪💪💪 terus berkarya. D tunggu karya selnjutnya🌹

    BalasHapus

                                                                sumber gambar:edit canva/2024 Inikah Bagian Peringatan-Mu? Ya Allah, hari ...