Sebuah Cerita Pendek Persembahan Untuk Kita Semua. Kawan yang masih ada ibu mari kita jaga dan sayangi.
Wajar saja jika ibu suka mengeluh, marah-marah, seakan putus asa apalagi jika anak nya tidak menaati ucapan nya.
Wanita hebat itu tetaplah lelah, jika marah hal itu tidaklah salah.
Nama ku Elina, hari ini ibuku sakit. Tadi malam kulihat raut nya yang biasa nya ceria terlihat lemah lesu aku tahu malam itu ibu sedang sakit.
"Tidak apa-apa bu? "
Tanyaku
"Tidak"
Pagi menyambut ku dengan sejuta harapan baru. Hari ini sekolahku libur, kulihat keadaan ibuku yang semakin parah saja rasa nya. Aku tidak tega melihat nya memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah hari ini.
Dengan kekuatan hati aku kumpulkan, aku yang biasa nya hanya meminta kepada ibu mulai hari ini aku memberi ibu.
"Na, itu baju mu cuci"
"Iya bu"
Ibu memerintahku mencuci bajuku sembari berbaring diatas tempat tidur.
Aku mulai mencuci baju ku, aku yang biasa nya hanya mencuci baju saja untuk hari ini semua tugas dan pekerjaan rumah kuatasi.
Membuat sarapan, karena ayah sudah berangkat bekerja aku yang membuatkan sarapan untuk ibu ku, entahlah sebisa ku saja.
Ku letakan wajan diatas kompor, kemudian ku tetesi minyak goreng sedikit demi sedikit
Kadang juga rasa nya keasinan atau kurang bumbu tapi ayah tetap mengatakan enak.
Begitulah ayah yang selalu menjaga hatiku tidak pernah mematahkan nya pantas saja jika ayah kusebut lelaki terbaik yang tidak pernah membuat hatiku patah.
Hari berganti, dengan rentetan harapan supaya ibu cepat sembuh tetapi diluar dugaan ku ibu semakin parah.
Hari kedua aku menjadi seorang ibu dengan berbagai tugas yang harus ku kerjakan menggantikan peran ibu ku.
Tidak terasa, langit semakin memerah, sang pencipta kembali melebarkan jubah hitam nya artinya malam telah tiba.
"Yah, antar ibu ke dokter!"
Rengek ibu ku
"Iya bu"
Ayah dan ibu pergi ke dokter naik sepedah motor, menyusuri jalan itu ibuku menahan nyeri di setiap kujur tubuh nya.
Ayahku adalah lelaki terbaik yang pernah aku temui, ayahku adalah lelaki hebat, dia sangat menjaga kekasih Nya yaitu ibu.
Sedangkan aku menunggu dirumah dengan rasa cemas dan menunggu harap.
Beberapa jam kemudian terdengar suara motor ayah, lega sekali perasaanku.
Kulihat dari sudut kamarku, ayah menyiapkan obat ibu dengan penuh rasa cinta.
Hari ini adalah hari ketiga, sudah tiga hari ibu berbaring ditempat tidur, tergeletak lemah dengan obat-obatan di sampingnya.
Aku harus menjadi anak hebat yang bisa merasakan peran ibu ku.
Pagi itu ku awali dengan mencuci baju, setelah mencuci aku bergegas ke warung untuk membeli bahan-bahan masakan sarapan dan makan siang nanti.
Untuk sarapan aku memilih memasak telur ceplok dan sambal saja, karena aku bukan sosok anak yang jago masak,aku hanya bisa mengerjakan semua sebisa ku.
Selain itu aku juga harus menyiapkan makanan untuk ibu agar dapat meminum obat pagi ini.
Ternyata seperti ini rasanya menjadi ibu, lelah sangat lelah menanggung semua pekerjaan rumah baru tiga hari aku merasakan nya apalagi ibu yang telah bertahun-tahun menjalani nya, aku tidak bisa membayangkan bagaimana babak belur seorang ibu menjalankan tugas nya, apalagi jika seorang ibu dianggap tidak dapat memberi yang terbaik hal itu sangat salah sebab bagaimanapun ibu tetap berusaha memberi yang terbaik dan apapun yang dilakukan itu tetap yang terbaik.
Hal itu membuatku memahami bagaimana aku harus menghormati ibu memuliakan nya dan membuat nya selalu merasa senang.
Ibu tidak pernah meminta lebih ia hanya ingin anaknya menaati perintahnya bagi kita hadiah paling istimewa adalah kado-kado dengan barang berharga tapi tidak bagi ibu kado terindah nya adalah rasa taat anak nya.
Sederhana saja yang dapat kita beri dengan segelas teh hangat hasta karya kita dapat membuat ibu tersenyum sempurna dan dalam hatinya menangis bahagia.
"Bu ini teh nya"
Kataku sambil meletakan teh diatas meja samping ibu, ibu yang sebelumnya tertidur dia bangun melihat ku meletakan teh itu, aku melihat benar bagaimana mata nya berkaca-kaca saat tahu aku membuatkan nya teh hangat, aku tahu saat itu ia sangat bangga dan bahagia meskipun hanya dengan segelas teh hangat.
Aku sempat ingin mengeluh menggantikan peran ini tetapi sebelumnya aku ingat bagaimana ibu yang lebih dari ini.
Hari ini hari keempat aku menjadi seorang ibu seperti hari-hari sebelumnya rutinitasku adalah mencuci baju, membuat sarapan, makan siang dan makan malam menggantikan peran ibu. Sebelum ini 2 hari yang lalu aku dilatih menjadi ibu hingga hari ke 4 dan seterusnya.
Pagi itu aku membuatkan ayah sarapan juga ibu.
Ibu masih tersenyum saat itu saat aku di dapur kudengar suara pecahan gelas dari kamar ibu.
Aku bergegas lari menuju kamar ibu dengan perasaan cemas berharap semua baik-baik saja.
Aku mendampingi ibu dirumah sakit, dengan penuh harap tapi tuhan berkehendak lain
Ku pegang tangan ibu ku bisikan pada telinga ibu, agar ibu tetap kuat dan kutuntun ibu mengucap 2 kalimat syahadat tapi kurasakan dingin sekali kemudian kusentuh bawah hidung ibuku periksa nafas nya mengapa nafas wanita hebat itu berhenti, mengapa detak jantung nya pun berhenti, aku terjatuh dari tempat ku berdiri dibawah tempat tidur ibu.
Sosok wanita yang aku kagumi itu hari ini telah tiada hari keempat aku menggantikan posisi nya menjadi ibu mulai hari ini harus selama nya.
Dunia ku hilang dan pergi untuk selama Nya, rupa Nya empat hari ini adalah latihan yang sengaja tuhan berikan sebelum ia mengambil nyawa ibu.
Aku ingin teriak sekencang-kencang nya, mengapa harus aku yang mengalami seperti ini kehilangan sosok ibu setelah diuji ibu sakit kemarin sedangkan teman-teman ku berbahagia tertawa bersama kedua orang tua nya sedang aku telah kehilangan sosok wanita hebat itu.
Tapi jika aku berpikir bahwa dunia ini tidak adil, aku kembali berfikir bukankah yang menciptakan dunia dan kita semua itu maha adil.
Mungkin ini adalah cara tuhan mendewasakan ku, dengan diambil nya nyawa ibu, mau tidak mau semua akan hilang dan pergi kehidupan masih terus berjalan sampai tuhan mengatakan pulang.
Setelah kejadian itu hanya ayah yang menjadi orang kuat yang ku idolakan didunia ini, dia lelaki hebat yang tidak pernah mengeluh meskipun wanita tercinta nya sudah diambil oleh yang maha kuasa.
Hari itu langit ikut menangis menyaksikan bahwa dunia ku telah hilang tapi semoga aku dipertemukan di surga bersama ibu.
Hari-hari berikutnya ku jalani dengan baik-baik saja sempat aku ingin teriak dan mengeluh ketika melihat teman-teman dapat bermain dengan bebas sedang aku terkurung dengan keadaan menggantikan peran ibu selama nya.
Itu lah yang harus kita sadari bahwa ketika ibu kita masih ada jaga dia, lindungi dan muliakan sebab jika sudah tiada kita akan merasakan ingin terluka tapi luka itu tidak berdarah.
Apakah kita akan menyalahkan tuhan? Tidak mungkin sebab semua sudah diatur oleh nya.
Ibu
Terima Kasih untuk babak belur
Terimakasih untuk seluruh cintamu
Selamat jalan
Selamat tinggal
Semoga ibu bahagia disana
Dan disini aku akan terus menjadi wanita kuat
Wanita kuat seperti ibu
Aku akan tetap tersenyum lebar
Meski terkadang lelah
Yang aku rasakan.
Lihat nanti cucu-cucumu dari atas sana ibu
Setelah aku menikah nanti
Akan aku ceritakan sosok wanita kuat
Seperti ibu.
Sukak. Berkarya terus. D tunggu kisah berikutnya🌹
BalasHapusBagus Bu
BalasHapus